Sunday, October 30, 2011

First Night at Insan Cendekia BSD

Hi Guys, long time no see you. Maaf, saya lagi sibuk sama yang namanya Homework & Test. By the way, untuk mengisi kehampaan blog ini, saya akan berbagi sedikit pengalaman hari pertama saat masuk sekolah SMP-SMA Insan Cendekia BSD. 

Jadi waktu itu, saya dikabarin sama ayah dan ibu saya ada sekolah SMP-SMA Insan Cendekia BSD. Trus saat saya liat profile sekolahnya, saya tertarik buat ikut tes. Sekolah ini ternyata sekolah baru, jadi belum ada siswa-siswinya. Itu berarti jika saya lulus tes, maka saya akan menjadi siswa angkatan pertama. HaHaHa I'm your Senior! 

Next, esok harinya saya berangkat ke IC BSD sekitar jam 8 pagi. Di perjalanan saya coba baca-baca sedikit materi SMP yang nantinya akan diujikan. Masih ada sedikit yang inget di otak, bahkan ada yang gak inget sama sekali. Masa lalu yang kelam -_-

Untuk informasi, saya tesnya itu kloter paling akhir. Berarti ini tes yang dibuka untuk menerima siswa-siswi yang terakhir. Setelah itu nggak ada penerimaan lagi. Ya bersyukur banget masih ada kesempatan.

Setelah sampai, orangtua saya menuju ruang Tata Usaha untuk lapor. Kemudian setelah itu saya dibawa oleh salah satu staff tata usaha ke ruang kelas tempat tes diadakan. Langkah demi langkah terus melangkah. Semakin tegang juga rupanya. Takut gagal tapi bingung juga harus ngapain kalo berhasil. Di perjalanan menuju kelas, saya hanya bisa berdecak kagum karena sekolah ini begitu luas dan hijau asri.

Akhirnya sampailah didepan kelas. Kemudian saya masuk dengan berdoa. Saya melihat ada dua orang yang sedang mengikuti tes. HaHaHa saya pikir, hanya saya yang mengikuti tes. Ternyata tidak. Setidaknya hal itu membuat saya lebih sedikit tenang. Saya duduk di berisan paling depan dan menyiapkan alat tulis yang telah saya siapkan semalam.

Setelah medapat soal, saya bergegas mengerjakannya. Materinya seperti yang sudah saya pelajari, yaitu materi SMP meliputi Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA Terpadu, & Agama Islam. Semua soalnya dijadikan dalam satu file yang tertutup dan tertulis "Sangat Rahasia". Kemudian saya buka penutupnya dan saya lihat soal-soalnya. Saya kerjakan soal yang lebih mudah terlebih dahulu. Saya cermati soal demi soal hingga lembar jawaban semakin lama semakin terisi.

Ditengah-tengah mengerjakan soal, entah kenapa saya merasa lapar. Padahal pagi tadi sudah sarapan dengan nasi telur dadar. Semangat mengerjakan soal pun semakin tipis. Harapan sudah tidak ada lagi. Yang dipikiran saya hanya satu, "Makan......". Ya saya harus makan terlebih dahulu untuk mengerjakan soal berikutnya. Ibaratnya sebuah mobil yang harus isi bensin untuk melanjutkan perjalanannya.

Entah angin dari mana, atau Tuhan mendengar doa saya, Bu Tina, staff tata usaha yang tadi mengantar saya membawakan tiga kotak makanan jepang. Kemudian ia memberikannya kepada kami bertiga yang sedang mengerjakan soal. Alhadulillah, kemudian saya menyantapnya terlebih dahulu dan melanjutkan pekerjaan. Sungguh pengalaman yang aneh.

Sekitar 2 jam mengerjakan, akhirnya saya selesai. Saya berikan lembar jawabannya kepada pengawas. Kemudian saya kembali ke ruang TU untuk menunggu orangtua saya yang pergi sejenak karena ada urusan sekaligus menunggu hasil tes. Ya selama menunggu saya hanya bisa berdoa dan berharap agar diterima dan diberikan hasil terbaik.

Tidak lama kemudian orangtua saya datang dan saya menuju mobil untuk menceritakan pengalaman tesnya. Kemudian ibu saya pergi ke ruang TU untuk melihat hasilnya. Dan ternyata hasilnya LuLus. Alhamdulillah, ternyata doa saya dikabulkan. Lalu saya berterima kasih kepada ayah dan ibu saya. Mereka terlihat senang sekali. Itu artinya beban anak dirumah berkurang. HaHaHa Just kidding ^_^

Sepulang dari sana, saya diberikan file-file yang berupa surat pernyataan, barang-barang yang harus dibawa, serta tes-tes kesehatan. Pada akhirnya, lengkaplah semua kebutuhan yang diperlukan untuk asrama. Masih ada distance 2 hari untuk masuk asrama. Dan kesempatan itu saya gunakan untuk melihat teman-teman di social network seperti Twitter & Facebook. 

Hari yang dinantipun tiba. Saat saya harus masuk ke sekolah yang baru. Dimana sekolah dengan sistem seperti ini belum pernah saya rasakan sebelumnya, yaitu Boarding School. Berangkat dari rumah jam 2 siang karena harus sampai disana jam 4 sore. Setelah sampai, saya langsung menuju tempat penerimaan siswa. Kemudian daftar ulang, lalu ketempat pengecekan barang. Kemudian saya diantar oleh orangtua saya menuju kamar yang akan saya tempati, yaitu kamar 312. Ibnu Khaldun. Rupanya nama kamar disini menggunakan nama-nama orang islam yang hebat entah itu ilmuwan bahkan pejuang islam sekalipun. Saya segera membereskan lemari & kasur yang saya tempati. Setelah selesai, karena waktu masuk yang sebenarnya masih lama saya izin keluar untuk makan siang bersama keluarga.

Gak terasa sudah jam setengah 4 sore. Saya balik ke IC. Ternyata disana sudah mulai ramai karena siswa-siswi sudah berdatangan. Mereka datang dengan keluarganya. Kemudian kami keluar dari mobil. Saya dan keluarga saya berpisah dengan rasa haru. Ya memang sedih, tapi semua ini harus dikorbankan. Setelah itu mereka pergi pulang dan saya memulai kehidupan saya yang mandiri. Dan sore ini, saya merasa bingung.

"Apa yang harus saya lakukan sekarang?" Tanya saya dalam hati.

Akhirnya, saya hanya bisa mengikuti langkah kaki yang entah mengarah kemana. Saya hanya melihat-lihat keadaan asrama, fasilitasnya, teman-teman, bahkan naik turun tangga. Saat itu asrama masih penuh dengan siswa-siswi beserta keluarganya. Mereka juga terlihat haru melepas putra-putrinya yang akan berjuang disini. Wow, sungguh sangat hebat.

Keputusan kembali ke kamar pun saya ambil. Ini akibat tidak adanya arah yang tentu, tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol, dan lelah. Kemudian saya masuk ke kamar. Ternyata di kamar ada seseorang yang duduk di kasur di sebelah kasur saya. Dia hanya memandang kosong arah didepannya, tanpa melakukan sesuatu. Bahkan ketika saya masuk, ia hanya diam tanpa memandang ke arah saya.

Tanpa kata-kata, saya juga duduk di kasur saya. Sama seperti dia, saya hanya duduk termenung. Kami pun terus diam di keheningan. Saya coba melirik sedikit ke arahnya, untuk memastikan apakah dia "baik-baik saja". Ya, ternyata dia baik-baik saja. Hanya saja, keheningan ini membuat saya bosan. Saya berpikir dia akan memulai menyapa saya dan ngobrol atau saya yang akan memulainya. Setelah pikir panjang akhirnya saya lebih baik tidak melakukannya. Dan kami pun terus terdiam. Tanpa kata yang hanya ditemani suara gaduh dari luar kamar.

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Kemudian seseorang dengan blazer berwarna krem masuk ke kamar saya dan menuju ke arah lemari. Setelah saya perhatikan, saya menebak orang ini adalah teman kamar saya juga bersama orang yang duduk diam di kasurnya. Ia mengganti bajunya dengan pakaian shalat, baju muslim, sarung, dan peci.

"Eh disuruh ke Masjid sekarang." Kata dia kepada kami.

"Oooh oke sip." Jawab saya kepadanya.

Saya segera bergegas berganti pakaian untuk shalat. Teman kamar saya yang diam, juga bergegas seperti saya. Ini pertama kalinya ia bergerak dari tempat tidurnya. Wow. Setelah selesai, kami bertiga jalan bersama menuju Masjid. Entah kenapa kami merasa dekat sekali. Bahkan tau nama satu sama lain pun belum kami lakukan. Yasudahlah. Kami bejalan menuju Masjid bertiga, berdekatan, dengan tempo yang sama.

Setelah sampai, kami langsung mengambil air wudhlu secara terpisah. Kemudian saya melaksanakan shalat sunah Tahiyatul Masjid untuk menghormati Masjid dan duduk secara terpisah. Saya melihat Masjid yang digunakan untuk shalat. Ternyata ini bukanlah Masjid yang sesungguhnya. Ini merupakan ruangan yang digunakan sebagai Masjid sementara. Masjid sesungguhnya sedang dibangun karena merupakan bagian dari pembangunan tahap II.

Lanjut, dibelakang shaf saya, seseorang duduk sendirian. Ia duduk bersila dengan tenang. Kemudian ia menyapa saya sembari mengenalkan namanya.

"Nama gw Gian." Sambut dia kepada saya, yang kemudian saya balas dengan menyebutkan nama.

Setelah itu, kami sempat berbincang sedikit. Kemudian datang teman kamar saya yang mengingatkan untuk ke Masjid. Dia menyalami kami dan mengenalkan namanya. Dia adalah Bayu. Kemudian ia melaksanakan shalat sunnah. Sementara teman sekamar saya yang diam, ia hanya duduk di kejauhan dengan ekspresi kosong kembali.

Azan Maghrib berkumandang. Semua jama'ah merapatkan shafnya ke shaf pertama, disusul shaf kedua, dan seterusnya. Kemudian kami melaksanakan shalat Maghrib berjama'ah. Setelah selesai, kami bersalam-salaman satu sama lain yang dilanjutkan dengan dzikir. Setelah Dzikir kami melaksanakan shalat sunnah Ba'diyah Maghrib. Setelah selesai kami bergegas menuju ruang makan yang terdapat di lantai dasar asrama untuk makan malam. Saya makan bersama dengan teman-teman sekamar saya. Setelah selesai menyantap makan malam, kami kembali ke Masjid bertiga lagi.

Shalat Isya dilaksanakan. Kemudian dzikir seperti biasa dan shalat sunnah Ba'diyah Isya. Kemudian suasana hening ketika seorang yang terlihat seperti seorang guru maju kedepan. Hijab (Pembatas antara putra dan putri) dibuka. Ia memperkenalkan diri. Namanya adalah Ustad Saiful. Seorang pembina asrama. Ia menjelaskan sedikit tentang sekolah ini, sistem asrama, hingga menyinggung tentang akidah akhlak. Tak lupa Ia memperkenalkan dua pembina asrama lainnya yaitu Ustad Dani dan Ustadzah Siti. Setelah selesai, ia menyuruh kami untuk berkumpul per kamar. Untuk menentukan ketua kamar masing-masing. Kemudian kamar Ibnu Khaldun berkumpul. Begitu juga dengan yang lainnya, yang sudah terlihat akrab.

"Siapa nih yang mau jadi ketua kamar?" Tanya Bayu kepada kita memecah keheningan diantara kita. Kami hanya bisa terdiam bingung.

Hal yang lucu justru terjadi. Entah ia sadar atau tidak, tapi saya melihatnya. Teman saya yang dari tadi diam di kasur itu seperti mengacungkan tangannya dengan pendek serta malu-malu. Ditambah wajahnya yang terlihat senyum-senyum. Saya hanya bisa tertawa dalam hati. Ekspresinya sangat lucu.

"Yaudah kita HomPimPa aja." Sahut Bayu.

Kemudian kami HomPimPa dan berharap saya yang mendapatkannya. Percobaan pertama, semua tangan kami sama sehingga harus diulang. Percobaan kedua masih juga sama. Hingga percobaan ketiga, telah mendapatkan hasilnya. Orang yang tadi diam itu mengeluarkan tangan yang berbeda dengan saya dan Bayu. Saya dan Bayu mengeluarkan tangan yang sama. Akhirnya sesuai kesepakatan, ia menjadi ketua kamar Ibnu Khaldun.

"Lu diem aja sih dari tadi. Nama lu siapa?" Tanya Bayu kepadanya.

"Burhan." Jawab ia dengan singkat. Dengan demikian, Burhan telah resmi menjadi ketua kamar kami. Kami sempat berbincang-bincang sedikit sebelum akhirnya mic kembali mengeluarkan suara.

"Gimana? Sudah semua? Sudah terpilih ketua kamarnya?" Tanya Ustad Saiful kepada seluruh siswa-siswi.

"Sudah Pak!" Jawab kami serempak. Kemudian Ustad Saiful memberikan instruksi kepada ketua kamar yang terpilih agar berkumpul untuk mendapatkan pengarahan.

Setelah itu seluruh siswa-siswi dipersilahkan kembali ke kamarnya masing-masing kecuali ketua kamar yang terpilih. Saya dan Bayu berjalan bersama menuju kamar sambil ngobrol tentang kelakuan lucu Burhan yang dari tadi sore ternyata kami perhatikan.

Di asrama, saya kembali ke kamar. Bersiap-siap untuk tidur karena saya merasa lelah. Sementara Bayu dan Burhan belum kembali ke kamar. Burhan masih di Masjid sementara Bayu mungkin masih ngobrol dengan teman-teman yang lainnya. Suara gaduh masih terdengar dari luar kamar. Mungkin mereka merasa senang bertemu dengan teman-teman yang baru. Saya segera ke kamar mandi untuk menggosok gigi dn membasahi wajah dengan air. Setelah itu saya kembali ke kamar dan berbaring di atas kasur dengan ditutupi oleh selimut yang saya bawa dari rumah. Sebelum tidur saya berdoa untuk besok yang lebih baik dan menjadi hari-hari yang menyenangkan. Dan akhirnya saya menutup mata....


1 comment:

  1. Hi, mas rafi. Salam. Boleh sharing gak pengalaman slm boarding school di ICM? Saya tertarik mendaftarkan anak saya kesitu mas. Saya bisa email mas kemana ya? Hahah soalnya ini postingan almost 8 years ago.

    ReplyDelete